Home » » SLPTT BPTP KALSEL

SLPTT BPTP KALSEL

Written By enrico on Senin, 27 Desember 2010 | 17.29

Program SL-PTT
Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan yang akan mengembalikan tingkat hasil panen padi petani stabil dan mengalami peningkatan. Komponen paket teknologi dengan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah yang dapat dilakukan dengan atau tanpa mengintegrasikan dengan ternak yang akan menghasilkan pupuk organik dapat disimak pada Tabel 3.  Di Provinsi Kalimantan Selatan Program SL-PTT hanya dilakukan untuk komoditas padi dan tanpa integrasi dengan ternak.

Tabel 3. Teknologi Rekomendasi PTT yang Mengintegrasikan Usahatani Padi dengan  Ternak di Indonesia, 2004



No.
Komponen teknologi (rekomendasi umum)

Rekomendasi dengan pendekatan PTT sesuai kondisi setempat

 1.
Tanaman varietas padi unggul
-  Varietas sesuai lingkungan setempat;
-  Sesuai selera pasar
 2.
Gunakan benih bermutu (bersih, sehat, bernas, berlabel)
-  Benih bermutu/berlabel, rendam dalam larutan garam/ZA, ambil yang  
   tenggelam
 3.
Olah tanah secara sempurna
-  Pengolahan tanah sempurna, minimal atau tanpa olah sesuai
    keperluan dan kondisi lingkungan
-  Faktor yang menentukan : kemarau panjang, pola tanam, jenis/tekstur
    Tanah
 4.
Pelihara persemaian dengan baik
-  Persemaian basah atau persemaian kering
-  Pemupukan persemaian
 5.
Tanam bibit umur 21 hari
-  Tanam bibit muda 15-21 hari (4 daun)
 6.
Atur tata tanam secara tepat
-  Tata tanam tegel pada MK;
-  Tata tanam jajar legowo (2:1; 3:1; 4:1) pada MH (bergantung
    kesepakatan petani)
 7.
Beri pupuk N (urea), P (SP-36), K (KCL/ZK) sesuai kebutuhan tanah, dan keseimbangannya dengan hara P/K tanah
-  Pemupukan N dengan bagan warna daun (BWD);
-  Pemupukan P, K sesuai analisis tanah, atau kebutuhan tanaman.
 8.
Airi tanaman padi secara efektif dan efisien sesuai kondisi tanah
-  Pengairan dengan genangan pada tanah sarang yang baru dibuka;
-  Pengairan berselang pada tanah yang airnya dapat di atur dan
   ketersediaan air terjamin
 9.
Kendalikan hama dan penyakit secara terpadu
-  Gunakan komponen PHT (pengendalian hama/penyakit terpadu)
    secara tepat sesuai jadwal tanam (golongan air);
-  Pemberian pestisida secara bijaksana (pada situasi di mana musuh
    alami rendah).
10.
Kendalikan gulma secara tepat
-  Dapat menggunakan landak pada tata tanam tegel atau legowo;
-  Dapat menggunakan racun rumput (herbisida)
11.
Pupuk tanaman dengan bahan organik
-  Langsung, kembalikan jerami ke dalam tanah;
-  Tidak langsung, gunakan jerami sebagai pakan ternak, gunakan
    kompos sebagai pupuk.
12.
Tangani proses panen dan pasca panen dengan baik
-  Panen pada saat paling tepat ketika 90% gabah menguning;
-  Rontokan gabah dengan mesin perontok (segera setelah panen, malai
    jangan ditumpuk terlalu lama);
-  Keringkan gabah dengan sinar matahari atau mesin pengering.

Sumber : BPTP dan Balitpa, 2004.

Dalam rangka penerapan paket teknologi SL-PTT penyuluh pertanian dan kelompok tani diberi pelatihan penggunaan pupuk N dengan BWD (Bagan Warna Daun) dalam penerapan teknologi PTT (tergolong teknologi baru bagi PPL dan petani), antara lain adalah (BPTP dan Balitpa, 2004; Darwis dan Saptana, 2010) :  (a) pemupukan dasar atau pemupukan pertama N dengan takaran 50-75 kg/ha dilakukan sebelum tanaman padi berumur 14 hari (14 HST), pada pemupukan pertama ini BWD tidak perlu digunakan; (b) pengukuran dengan BWD diawali pada 25-28 HST, dilanjutkan  setiap 7-10 hari sekali sampai fase primordia (pada padi hibrida dan padi tipe baru sampai 10 persen tanaman berbunga); (c) pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun teratas yang telah membuka penuh pada satu rumpun; (d) Taruh bagian tengah daun di atas BWD dan bandingkan warnanya, jika warna daun berada di antara dua skala, gunakan nilai rata-ratanya; (e) sewaktu mengukur dengan BWD, jangan menghadap sinar matahari, sebab dapat mempengaruhi pengukuran warna; dan (f) jika lebih 5 dari 10 daun yang diamati warnanya dalam batas kritis yaitu di bawah skala 4,0 (pada padi hibrida dan padi tipe baru batas kritis < 4), maka berikan 50-75 kg urea perhektar pada musim hasil rendah dan 75-100 kg urea perhektar pada musim hasil tinggi dan 100 kg/hektar pada padi hibrida dan padi tipe baru baik pada musim hasil rendah maupun pada musim hasil tinggi. 
Program SL-PTT dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai di Provinsi Kalimantan Selatan.  Lokasi program SL-PTT ditempatkan pada daerah-daerah : (1) lokasi sudah memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan produktivitas yang akan dikembangkan; (2) petani peserta berada dalam satu hamparan (padi Non Hibrida 25 Ha, Jagung 15 Ha, dan Kedelai 10 Ha); dan (3) Ada lahan untuk laboratorium lapang (LL) seluas 1 Ha, sebagai media pembelajaran bagi petani dalam mengidentifikasi potensi dan masalah yang ada, serta media dalam memecahkan masalah secara bersama, yang dibina secara khusus dari Badan Litbang Pertanian (Puslitbang dan Balitbang lingkup Badan Litbang) melalui BPTP Kalimantan Selatan.
         Diperoleh informasi bahwa pelaksanaan SL-PTT mencakup : (1) SL-PTT padi meliputi padi Ciherang; (2) SL-Jagung hibrida; dan (3) SL-Kedelai.  Namun dalam implementasinya hanya SL-PTT padi yang bisa dijalankan, karena kondisi curah hujan yang sangat tinggi.  Pelaksanaan Program SL-PTT mencakup hampir seluruh kabupaten dengan mengambil lokasi desa dan kecamatan contoh di masing-masing kabupaten.  Sebagai ilustrasi, Program SL-PTT di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dilaksanakan di Kecamatan Telaga Langsat di bawah koordinasi Peneliti BPTP (Bapak Sumanto, sebagai manajer; petugas detasir) bekerjasama dengan BPP Telaga Langsat; serta kelompok tani dan Gapoktan.
         Secara umum sumber informasi teknologi petani, kelompok tani dan Gapoktan berasal dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Rawa (Balitra), Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Dinas Pertanian/BPP/KCD/PPL, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Perusahaan Benih PT. Syang Hyang Seri (PT. SHS), PT. Pertani, PT. Panah, PT. Tanindo, serta Perusahaan Obat-Obatan : PT. Syngenta, PT. Dupont, PT. IGGM, dan PT. Bintang Mulia. 
         Dalam transfer teknologi dari lembaga penelitian biasanya didahului melalaui penelitian mendalam di kebun percobaab dan uji adaptasi teknologi serta pengembangan, dari BPTP dilakukan melalui pengkajian dan pengembangan di lapangan, dan dari Dinas dilakukan melalui program dan kegiatan rutin.  Sementara itu transfer teknologi oleh perusahaan swasta baik perusahaan bibit maupun perusahaan obat-obatan dilakukan melalui demontrasi plot dan demo cara aplikasi dan penjelasan tentang keunggulan bibit dan obat yang diperkenalkan.
         Secara umum kinerja Program SL-PTT untuk padi non hibrida (Varietas Ciherang), di Provinsi Kalimantan Selatan sangat bervariasi antara moderat hingga  baik.  Persepsi petani terhadap Program atau paket teknologi SL-PTT adalah sebagai berikut : (a) Paket teknologi dipandang baik dan lengkap; (b) Materi pelatihan sudah baik; (c) Transfer dan diseminasii berjalan baik; (d) adanya Laboratorium Lapang dapat dijadikan media pembelajaran kelompok.  
         Kinerja pelaksanaan program SL-PTT di Kelompok Tani Telaga Segar, Manggu Atas, Manggu Bawah, Berkat Subur yang tergabung dalam Gapoktan Puspa, Desa Telaga Langsat, Kecamatan  Telaga Langsat, Kabupaten Hulu Sungai Selatan memberikan beberapa gambaran berikut : (a) Secara umum petani peserta Program SL-PTT telah menerapkan teknologi SL-PTT secara parsial hingga lengkapp; (b) Petani sudah menerapkan tanam umur muda, cara tanam Jajar Legowo, penggunaan NPK lengkap, Penggunaan pupuk organik (baru sebagian kurang lebih 30 %); (c) Rata-rata tingkat produktivitas yang di capai petani 4.5-4.9 ton/ha, untuk petani Program SL-PTT mampu mencapai 5,4 ton/ha dan LL 7,1 ton/ha.   
         Kendala dan permasalahan pokok dalam aplikasi teknologi SL-PTT menurut persepsi petani/kelompok tani/Gapoktan antara lain adalah sebagai berikut : (a) Penanaman benih umur muda di lokasi-lokasi tertentu rentan terhadap serangan hama keong mas; (b) Sistem jajar legowo menghadapi kesulitan tenaga kerja karena kelompok tanam atau tenaga kerja tanam belum terbiasa dengan sistem tanam tersebut; (c) Kesulitan tenaga kerja baik tanam, pengolahan lahan, pemeliharaan, serta panen, karena banyak tenaga kerja yang lebih memilih usahatani komoditas komersial (tomat, cabai merah, terong, kacang panjang, sawi, dll) dan kegiatan non pertanian (pertambangan).  
         Keberhasilan Program SL-PTT Padi Provinsi Kalimantan Selatan yang hanya pada level moderat disebabkan beberapa faktor : (a) Kurangnya tenaga pendampingan dari BPTP; (b) Kurangnya tenaga pendampingan dari PPL (1 PPL menagani 4 SL atau 100 Ha); (c) Kelompok petani dan petani merasa tersita waktunya untuk kegiatan-kegiatan usahatani padi, palawija, sayuran, serta kebun (diperlukan uang saku yang memadai pada setiap pertemuan);  (d) Petani baik secara individu maupun kelompok belum tanggap sepenuhnya terhadap difusi inovasi teknologi SL-PTT, sehingga tingkat partisipasi (70 %); (e) Koordinasi yang belum sepenuhnya efektif baik antar stakeholders terkait yaitu antara institusi pemerintah (PPL, Mantri Tani, Dinas Pertanian, BPTP, Balai Benih Benih Padi), pelaku swasta (produsen benih, pupuk dan produsen pestisida), serta peran aktif para petani atau kelompok tani dalam berusahatani; dan (4) Adanya kondisi iklim yang kurang mendukung, di mana curah hujan sangat tinggi dan tidak terdistribusi secara merata.
         Ke depan Program SL-PTT menurut petani/kelompok tani/Gapoktan/PPL/BPP perlu terus dilanjutkan dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : (1) Perlu adanya keterpaduan dengan program-program lainnya, seperti Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan Program Pengembangan Jasa Alsintan, serta dengan Program Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan Cadangan Benih Nasional (CBN); (2) Program SL-PTT juga berpeluang diintegrasikan dengan program-program lain seperti Program Tunda Jual, Sistem Resi Gudang, dan lain-lain; dan (3) Perlunya dukungan dana pendampingan serta dana untuk monitoring dan evaluasi sehingga sistem pelaporan dan data dari tingkat lapang, kabupaten, dan provinsi tersedia dengan baik; (4) Pentingnya koordinasi yang baik antar kelembagaan atau institusi dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten hingga desa; dan (5) Kedepan penerapan program SL-PTT jangan terlalu mengejar jumlah tetapi perlu peningkatan kualitas.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. enrico73 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger